BAGIAN PERTAMA
Isra’ dan Mi’raj
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah sampai pada postingan keempat. Sebelumnya bagi sahabat yang belum membaca postingan saya sebelumnya, dapat dilihat setelah membaca ini. Pertama yaitu mengenai “Shalat” yang bersumber dari buku Ustadz Abdul Somad. Kedua merupakan “Tata Cara Sholat Istikhoroh” yang saya dapatkan dari Ustadz Jafar. Ketiga adalah mengenai siapakah “Mahrom” kita. Begitu penting untuk tuntunan dan pedoman kita dalam berinteraksi dengan mahrom dan non mahrom.
Baik, mari saya lanjutkan.
Sebelumnya, semoga setelah tulisan ini, saya tidak dibully lagi jika saya bercita-cita memiliki Buraq untuk kuliah (Febri, Fahmay, Afifah, Wahyu, dan Lintang).
Alangkah baiknya saya ceritakan posisi saya malam ini, hari Jumat, 27 Rajab 1939 H. Saya membaca Sirah an Nabawiyah “The Great Story Of Muhammad” akhirnya sampai pada halaman 197, yaitu mengenai Masa Kenabian, peristiwa Isra’ Mi’raj. Saya menangis kedua kalinya membaca buku tersebut. Yang sebelumnya yaitu pada bagian mengenai wahyu pertama yang turun di Gua Hira’. Mungkin sahabat akan bertanya tanya mengapa. Silahkan simak tulisan saya sampai habis. Sahabat akan mengetahuinya. Hal ini menyadarkan saya untuk mendakwahkan bertepatan dengan Hari Isra’ Miraj’ besok Sabtu, 28 Rajab 1439 H/14 April 2018, menurut tanggal nasional. Meskipun dalam Islam peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada 27 Rajab tahun kesepuluh kenabian. Dimana jatuh pada hari kemarin, Jumat, 27 Rajab 13 April 2018. Wallahu alam.
Beberapa hari menuju ulang tahun saya dan ulang tahun kakak saya. Hehe. Semoga dia membaca tulisan saya. Meski masih besok, yaitu 15 April, adikmu ini mengucapkan barakallah fii umrik. Semoga menjadi kakak yang sabar, sholeh, dan berbakti kepada orang tua. Anggap saja kado nya jaket kemarin yaa. Haha. Nanti tak beliin lagi asal beliin Ibnu Katsir nya. HAHA. Oiya, Adikmu ini masih butuh bimbingan dan penjagaan darimu. Tetaplah jadi kakak Uzik yang “gemati” dan “manutan” diajak kemana mana wkwk.
Jumat, 27 Rajab, hingga sabtu, 28 Rajab 1439 H 03.00. Di sela-sela tugas yang belum saya kerjakan, dan pikiran skripsi yang terus menghantui. Semoga tulisan ini bisa selesai pada waktunya (juga skripsi saya wkwk doakan yaa) dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi ummat Muslim. Aamiin.
*******
Malam menggantung di langit Makkah. Gelap menyelimuti penjuru kota ditingkahi desir angin yang membawa hawa dingin. Di sebuah sudut Makkah, seorang anak manusia berada di dalam rumah terkejut ketika Jibril mendatanginya dengan tiba-tiba.
Bukan di Gua Hira’ seperti kali pertama beliau menemui Jibril, melainkan di rumah. Jibril berucap
“Thawaflah di Ka’bah sebanyak tujuh kali, Engkau akan diperjalankan menuju langit oleh Allah dari Masjid Al Aqsha.”
Tanpa sempat berkata-kata lagi, Rasulullah saw bergegas meninggalkan rumah menuju Masjid al Haram, melawan hawa dingin yang menggigit. Baru saja manusia mulia itu thawaf pada putaran terakhir, tiba-tiba di hadapannya berdiri hewan Buraq. Kulitnya putih, tingginya melebihi keledai tapi lebih pendek daripada baghal. Kedua kakinya diletakkan sejauh matanya memandang. Dinamakan Buraq karena kecepatannya menyamai kecepatan barq atau kilat. Jiakalau sahabat anak fisika, pasti tahu tidak ada yang dapat melebihi kecepatan cahaya atau kilat yaitu 3 kali sepuluh pangkat delapan. Widih. Andai saya memilikinya, pasti jarak sejam itu bisa saya tempuh dalam sekejaban mata.
Rasulullah saw segera menaiki punggung Buraq, diikuti Jibril dari belakang, menuju Masjid Al Aqsha.
*****
Tiba di Masjid al Aqsha
Nabi menambatkan Buraq pada sebuah batu. Setibanya disana, Rasulullah saw terkejut karena di sana telah menunggu para nabi, dari nabi Adam a.s hingga nabi Isa a.s. Semuanya turun dari langit untuk menyambut Muhammad saw. Para nabi berdiri berderet untuk melakukan shalat di Baitul Maqdis, sambil menanti Jibril menentukan siapa yang akan menjadi imam.
“Majulah, wahai Muhammad!”
Nabi saw pun menjadi imam. Saat salam, Nabi saw teringat akan firman Allah :
Dan tanyakanlah pada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain Allah Yang Maha Pengasih untuk disembah?”
(Q.S az-Zukhruf (43):45)
Saat itu juga, Nabi saw diberi jamuan tiga buah cawan oleh Jibril. Setiap cawan berisi air, khamar, dan susu. Di saat yang sma, Nabi saw mendengar suara,
“Jika engkau mengambil cawan berisi air, tentu engkau akan tenggelam dan ummatmu juga akan tenggelam. Jika engkau mengambil cawan yang berisi khamar, engkau akan tergoda, dan ummatm juga akan tergoda. Jika engkau mengambil cawan yang berisi susu, engkau diberi petunjk dan ummatmu pun akan diberi petunjuk.”
Rasullullah saw tidak tahu mana yang berisi susu. Berkat pertolongan Allah, Rasullullah mengambil cawan dan berisi susu lalu meminumnya.
“Engkau diberi petunjuk dan ummatmu pun akan diberi petunjuk,wahai Muhammad!” kata Jibril (Qishah ar Risalah)
Hikmah Bagian Satu
Sesungguhnya, saat Nabi saw menjadi imam shalat bersama para nabi lain, hal itu menjadi bukti bahwa mereka telah menyerahkan jabatan imam sekaligus penuntut ummat kepada beliau. Sesungguhnya syariat Islam menghapus syariat-syariat sebelumnya.
Allah swt memberangkatkan jasad dan ruh nabi Muhammad saw dari Masjid al Haram ke Masjid al Aqsha, lalu menaikkannya ke langit ketujuh hingga sidratul Mntaha. Rasulullah kembali ke Makkahpada malam yang sama
(Q.S. al Isra(17):1 dan Q.S an Najm(53):13-18)
Mengapa Dua Masjid?
Ada keterkaitan erat antara Masjid al Aqsha dan Masjid al Haram. Masjid al Aqsha adalah pijakan Nabi saw sebelum mi’raj ke langit yang paling tinggi. Ia menjadi kiblat pertama kaum Muslim. Kaum Muslim hendaknya memahami bahwa ancaman bagi Masjid al Aqsha berarti ancaman pula bagi Masjid al Haram. Masjid al Aqsha adalah gerbang Masjid al Haram. Lepasnya Masjid al Aqsha dari kaum Muslim ke tangan Yahudi, maka keamanan Masjid al Haram dan penduduk Hijaz terancam, karena musuh telah mengintaianya.
Bertemu Para Nabi
Rasulullah saw dan Jibril sampai pada batas langit dunia, lalu keduanya meminta izin masuk. Seorang bertanya kepada mereka,
“Siapa?”
“Aku, Jibril.”
Pintu langit lalu dibuka. Disana Raslullah saw berjumpa nabi Adam. Beliau mengucapkan salam dan dibalas. Beliau menyambut kedatangan Nabi saw dan mengakui kerasulannya. Allah memperlihatkan arwah orang-orang yang berbahagia di sisi kanan, dan arwah orang-orang yang sengsara di sisi kiri Nabi saw.
Setelah itu,Nabi saw dibawa ke langit kedua. Disana beliau bertemu dengan nabi Yahya bin Zakariya dan Isa bin Maryam. Rasulullah saw mengucapkan salam. Mereka menjawab dan mengakui kerasulannya.
Rasulullah saw lalu dinaikkan ke langit ketiga dan berjumpa nabi Yusuf. Beliau menjawab salam dan mengakui kerasulannya.
Lalu Rasullullah saw dinaikkan kelangit keempat, beliau bertemu dengan nabi Idris. Beliau menyambut kedatangannya, menjawab salam, dan mengakui kerasulannya.
Rasulullah dinaikkan lagi ke langit kelima, beliau bertemu nabi Harun bin Imran. (Feb harun feb haha).
Beliau juga menjawab salam dan mengakui kerasulannya.
Selanjutnya, Rasulullah saw dinaikkan ke langit keenam. Disini, Nabi saw bertemu dengan Musa bin Imran. Hal yang serupa, beliau menjawab salam dan mengakui kerasulannya. Namun, ketika Nabi saw akan beranjak, nabi Musa menangis.
Bersambung...
Lanjut ke bagian kedua...
Isra’ dan Mi’raj
Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah sampai pada postingan keempat. Sebelumnya bagi sahabat yang belum membaca postingan saya sebelumnya, dapat dilihat setelah membaca ini. Pertama yaitu mengenai “Shalat” yang bersumber dari buku Ustadz Abdul Somad. Kedua merupakan “Tata Cara Sholat Istikhoroh” yang saya dapatkan dari Ustadz Jafar. Ketiga adalah mengenai siapakah “Mahrom” kita. Begitu penting untuk tuntunan dan pedoman kita dalam berinteraksi dengan mahrom dan non mahrom.
Baik, mari saya lanjutkan.
Sebelumnya, semoga setelah tulisan ini, saya tidak dibully lagi jika saya bercita-cita memiliki Buraq untuk kuliah (Febri, Fahmay, Afifah, Wahyu, dan Lintang).
Alangkah baiknya saya ceritakan posisi saya malam ini, hari Jumat, 27 Rajab 1939 H. Saya membaca Sirah an Nabawiyah “The Great Story Of Muhammad” akhirnya sampai pada halaman 197, yaitu mengenai Masa Kenabian, peristiwa Isra’ Mi’raj. Saya menangis kedua kalinya membaca buku tersebut. Yang sebelumnya yaitu pada bagian mengenai wahyu pertama yang turun di Gua Hira’. Mungkin sahabat akan bertanya tanya mengapa. Silahkan simak tulisan saya sampai habis. Sahabat akan mengetahuinya. Hal ini menyadarkan saya untuk mendakwahkan bertepatan dengan Hari Isra’ Miraj’ besok Sabtu, 28 Rajab 1439 H/14 April 2018, menurut tanggal nasional. Meskipun dalam Islam peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi pada 27 Rajab tahun kesepuluh kenabian. Dimana jatuh pada hari kemarin, Jumat, 27 Rajab 13 April 2018. Wallahu alam.
Beberapa hari menuju ulang tahun saya dan ulang tahun kakak saya. Hehe. Semoga dia membaca tulisan saya. Meski masih besok, yaitu 15 April, adikmu ini mengucapkan barakallah fii umrik. Semoga menjadi kakak yang sabar, sholeh, dan berbakti kepada orang tua. Anggap saja kado nya jaket kemarin yaa. Haha. Nanti tak beliin lagi asal beliin Ibnu Katsir nya. HAHA. Oiya, Adikmu ini masih butuh bimbingan dan penjagaan darimu. Tetaplah jadi kakak Uzik yang “gemati” dan “manutan” diajak kemana mana wkwk.
Jumat, 27 Rajab, hingga sabtu, 28 Rajab 1439 H 03.00. Di sela-sela tugas yang belum saya kerjakan, dan pikiran skripsi yang terus menghantui. Semoga tulisan ini bisa selesai pada waktunya (juga skripsi saya wkwk doakan yaa) dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi ummat Muslim. Aamiin.
*******
Malam menggantung di langit Makkah. Gelap menyelimuti penjuru kota ditingkahi desir angin yang membawa hawa dingin. Di sebuah sudut Makkah, seorang anak manusia berada di dalam rumah terkejut ketika Jibril mendatanginya dengan tiba-tiba.
Bukan di Gua Hira’ seperti kali pertama beliau menemui Jibril, melainkan di rumah. Jibril berucap
“Thawaflah di Ka’bah sebanyak tujuh kali, Engkau akan diperjalankan menuju langit oleh Allah dari Masjid Al Aqsha.”
Tanpa sempat berkata-kata lagi, Rasulullah saw bergegas meninggalkan rumah menuju Masjid al Haram, melawan hawa dingin yang menggigit. Baru saja manusia mulia itu thawaf pada putaran terakhir, tiba-tiba di hadapannya berdiri hewan Buraq. Kulitnya putih, tingginya melebihi keledai tapi lebih pendek daripada baghal. Kedua kakinya diletakkan sejauh matanya memandang. Dinamakan Buraq karena kecepatannya menyamai kecepatan barq atau kilat. Jiakalau sahabat anak fisika, pasti tahu tidak ada yang dapat melebihi kecepatan cahaya atau kilat yaitu 3 kali sepuluh pangkat delapan. Widih. Andai saya memilikinya, pasti jarak sejam itu bisa saya tempuh dalam sekejaban mata.
Rasulullah saw segera menaiki punggung Buraq, diikuti Jibril dari belakang, menuju Masjid Al Aqsha.
*****
Tiba di Masjid al Aqsha
Nabi menambatkan Buraq pada sebuah batu. Setibanya disana, Rasulullah saw terkejut karena di sana telah menunggu para nabi, dari nabi Adam a.s hingga nabi Isa a.s. Semuanya turun dari langit untuk menyambut Muhammad saw. Para nabi berdiri berderet untuk melakukan shalat di Baitul Maqdis, sambil menanti Jibril menentukan siapa yang akan menjadi imam.
“Majulah, wahai Muhammad!”
Nabi saw pun menjadi imam. Saat salam, Nabi saw teringat akan firman Allah :
Dan tanyakanlah pada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan selain Allah Yang Maha Pengasih untuk disembah?”
(Q.S az-Zukhruf (43):45)
Saat itu juga, Nabi saw diberi jamuan tiga buah cawan oleh Jibril. Setiap cawan berisi air, khamar, dan susu. Di saat yang sma, Nabi saw mendengar suara,
“Jika engkau mengambil cawan berisi air, tentu engkau akan tenggelam dan ummatmu juga akan tenggelam. Jika engkau mengambil cawan yang berisi khamar, engkau akan tergoda, dan ummatm juga akan tergoda. Jika engkau mengambil cawan yang berisi susu, engkau diberi petunjk dan ummatmu pun akan diberi petunjuk.”
Rasullullah saw tidak tahu mana yang berisi susu. Berkat pertolongan Allah, Rasullullah mengambil cawan dan berisi susu lalu meminumnya.
“Engkau diberi petunjuk dan ummatmu pun akan diberi petunjuk,wahai Muhammad!” kata Jibril (Qishah ar Risalah)
Hikmah Bagian Satu
Sesungguhnya, saat Nabi saw menjadi imam shalat bersama para nabi lain, hal itu menjadi bukti bahwa mereka telah menyerahkan jabatan imam sekaligus penuntut ummat kepada beliau. Sesungguhnya syariat Islam menghapus syariat-syariat sebelumnya.
Allah swt memberangkatkan jasad dan ruh nabi Muhammad saw dari Masjid al Haram ke Masjid al Aqsha, lalu menaikkannya ke langit ketujuh hingga sidratul Mntaha. Rasulullah kembali ke Makkahpada malam yang sama
(Q.S. al Isra(17):1 dan Q.S an Najm(53):13-18)
Mengapa Dua Masjid?
Ada keterkaitan erat antara Masjid al Aqsha dan Masjid al Haram. Masjid al Aqsha adalah pijakan Nabi saw sebelum mi’raj ke langit yang paling tinggi. Ia menjadi kiblat pertama kaum Muslim. Kaum Muslim hendaknya memahami bahwa ancaman bagi Masjid al Aqsha berarti ancaman pula bagi Masjid al Haram. Masjid al Aqsha adalah gerbang Masjid al Haram. Lepasnya Masjid al Aqsha dari kaum Muslim ke tangan Yahudi, maka keamanan Masjid al Haram dan penduduk Hijaz terancam, karena musuh telah mengintaianya.
Bertemu Para Nabi
Rasulullah saw dan Jibril sampai pada batas langit dunia, lalu keduanya meminta izin masuk. Seorang bertanya kepada mereka,
“Siapa?”
“Aku, Jibril.”
Pintu langit lalu dibuka. Disana Raslullah saw berjumpa nabi Adam. Beliau mengucapkan salam dan dibalas. Beliau menyambut kedatangan Nabi saw dan mengakui kerasulannya. Allah memperlihatkan arwah orang-orang yang berbahagia di sisi kanan, dan arwah orang-orang yang sengsara di sisi kiri Nabi saw.
Setelah itu,Nabi saw dibawa ke langit kedua. Disana beliau bertemu dengan nabi Yahya bin Zakariya dan Isa bin Maryam. Rasulullah saw mengucapkan salam. Mereka menjawab dan mengakui kerasulannya.
Rasulullah saw lalu dinaikkan ke langit ketiga dan berjumpa nabi Yusuf. Beliau menjawab salam dan mengakui kerasulannya.
Lalu Rasullullah saw dinaikkan kelangit keempat, beliau bertemu dengan nabi Idris. Beliau menyambut kedatangannya, menjawab salam, dan mengakui kerasulannya.
Rasulullah dinaikkan lagi ke langit kelima, beliau bertemu nabi Harun bin Imran. (Feb harun feb haha).
Beliau juga menjawab salam dan mengakui kerasulannya.
Selanjutnya, Rasulullah saw dinaikkan ke langit keenam. Disini, Nabi saw bertemu dengan Musa bin Imran. Hal yang serupa, beliau menjawab salam dan mengakui kerasulannya. Namun, ketika Nabi saw akan beranjak, nabi Musa menangis.
Bersambung...
Lanjut ke bagian kedua...
Komentar
Posting Komentar